Soal BSC
KASUS BALANCED SCORECARD
Instalasi Gawat Darurat di RSD ABC
A.
Indikator SDM/Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kondisi
di IGD menunjukkan bahwa komitmen dokter jaga terhadap rumah sakit ternyata rendah
sewaktu bertugas jaga di Instalasi Gawat Darurat. Hal ini terungkap dari
keluhan perawat bahwa perawat sering kesal terhadap dokter jaga yang sering
tidak ada di tempat, terutama waktu sore hari. Dokter jaga pulang praktek sore
dengan alasan yang dikemukakan bahwa insentif yang mereka terima tidak cukup
untuk menutupi kerugian yang timbul karena tidak praktek sore. Dalam hal ini
dokter jaga tidak puas terhadap insentif yang diterima karena dipengaruhi oleh
kebutuhan dan nilai seorang dokter di wilayah tersebut. Dokter konsulen tidak
komitmen terhadap waktu konsul, hal ini terungkap dari keluhan dokter jaga
bahwa dokter konsulen tidak melayani permintaan konsul diluar jam dinas. Hal
ini diasumsikan dengan rendahnya kompensasi keuangan yang mereka terima. Perawat
tidak komitmen terhadap prosedur tetap pelayanan pasien. Keadaan ini terungkap dari
keluhan dokter jaga bahwa perawat sering melakukan tindakan terhadap pasien
yang tidak sesuai dengan protap. Tidak komitmennya perawat terhadap prosedur
tetap pelayanan pasien, terjadi karena perawat tidak puas terhadap dokter jaga,
petugas laboratorium dan radiologi, sehingga mereka bersikap acuh terhadap
protap yang ada. Sikap perawat tersebut yang tidak mematuhi prosedur tetap,
diasumsikan terjadi akibat ketidakpuasan mereka terhadap kondisi kerja dan
mitra kerja yang tidak komitmen dengan waktu jaga. Keterampilan dokter jaga dan
perawat yang masih kurang, hal ini dapat diungkap dari keluhan mereka bahwa
pengetahuan dan keterampilan mereka dalam hal kegawatdaruratan masih kurang.
Data ketenagaan di Instalasi Gawat Darurat menunjukkan bahwa pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia belum efektif, sedangkan semua dokter jaga dan perawat
berharap diberi kesempatan dan biaya untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan.
B.
Indikator Proses Pelayanan Pasien
Proses pelayanan
pasien di Instalasi Gawat Darurat belum baik. Predikat ini dapat dilihat pada:
waktu tunggu di triase, angka kematian dan rujukan kasus triase resusitasi dan prosedur
tetap penerimaan pasien baru gawat darurat yang belum sesuai standar. Untuk waktu
tunggu di triase, sebanyak 24 kasus (5,1%) yang terlambat kontak pertama oleh perawat
dan 117 kasus (31,8%) oleh dokter jaga. Keadaan ini tidak memenuhi standar seperti
yang dipergunakan oleh The Australian Council on Healthcare Standards (1998) bahwa
di Instalasi Gawat Darurat tidak boleh ada pasien yang terlambat kontak pertama
oleh dokter dan perawat sesuai dengan kriteria triase. Untuk prosedur tetap
alur penerimaan pasien baru yang masuk ke rumah sakit belum sesuai dengan
standar. Belum semua pasien baru gawat darurat mendapat tindakan di Instalasi Gawat
Darurat. Sebanyak 139 kasus anak dan kebidanan yang langsung masuk ke ruangan anak
dan kebidanan. Standar Departemen Kesehatan RI (1997) yaitu kegiatan pelayanan gawat
darurat dibedakan menjadi kasus bedah, kasus non bedah dan kebidanan, ini
berarti kasus kebidanan seharusnya juga mendapat pelayanan dan tindakan di
Instalasi Gawat Darurat.
C.
Indikator Kepuasan pasien
Hasil
kuesioner terhadap 232 responden pasien/keluarga dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Persentase Kepuasan Pasien

Dari
tabel 1, dapat dilihat bahwa kepuasan pasien terhadap layanan Instalasi Gawat
Darurat belum maksimal. Masih banyak pasien yang tidak puas terhadap layanan
Instalasi Gawat Darurat. Ketidakpuasan pasien terutama terhadap waktu tunggu
rujukan (50,7%), dan waktu tunggu rawat (27%). Hal ini terjadi di Instalasi
Gawat Darurat karena persiapan rujukan ke rumah sakit lain yang terlalu lama,
sopir ambulance yang sering tidak ada di tempat, prosedur rujukan yang
berbelit-belit, waktu observasi di Instalasi Gawat Darurat yang lama dan
kelambanan pemberian informasi tentang kamar kosong di rawat inap.
D.
Indikator Kinerja Keuangan
Hasil
penelitian terhadap kinerja keuangan Instalasi Gawat Darurat dapat dilihat pada
Tabel 2. Kinerja keuangan ini dilakukan dalam hubungannya dengan kemampuan IGD
memberikan dukungan terhadap pengembangan sumber daya manusia. Indikator
mengenai subsidi untuk bagian IGD tidak dilakukan karena keterbatasan informasi
keuangan.
Dari
Tabel 2, dapat diungkap bahwa: indikator kinerja keuangan belum baik karena
belum memenuhi harapan karyawan serta tidak mencukupi untuk memberi pelatihan
dan tambahan gizi. Hasil penelitian di RSU ABC ini menyimpulkan belum adanya
keseimbangan dalam mengelola IGD. Misi IGD di sebuah rumahsakit adalah
memberikan pelayanan gawat darurat kepada semua orang yang memerlukan. Misi ini
membutuhkan fasilitas, ketrampilan, waktu dan komitmen yang tinggi. Akan tetapi
perspektif keuangan menunjukkan adanya kekurangan untuk mendukung pencapaian
misi mulia ini. Keadaan ini memang mencerminkan keadaan yang sering terjadi di
lembaga pemerintah yang terlalu berat beban misinya namun tidak mempunyai
dukungan keuangan dan sumberdaya manusia yang cukup. Hal ini tidak hanya
terjadi di rumahsakit pemerintah, juga terjadi di pusat kesehatan masyarakat,
sekolah-sekolah dasar, sampai ke perpustakaan pemerintah. Penelitian ini
menunjukkan pula bahwa setiap instalasi mempunyai berbagai indikator khusus.
Dengan demikian indikator Instalasi Gawat Darurat akan berbeda dengan Instalasi
Rawat Inap, atau Laboratorium.
Tabel 2. Kesenjangan antara Subsidi RS dan Harapan Provider
![]() |
|||
![]() |
Diminta : Analisis dan susun strategy
map untuk RSD ABC!
Jawaban :
Analisa dengan
pendekatan Balanced Scorecard
A. Analisa
Perspektif SDM / Pertumbuhan & Pembelajaran
Tabel Kepuasan
Kinerja Pegawai
No
|
A. Kepuasan Terhadap Gaji
|
Penjelasan
|
||||||
|
|
Dokter Konsulen
|
Dokter Jaga
|
Perawat
|
|
|||
|
Faktor yang mempengaruhi
|
Puas
|
Kurang
|
Puas
|
Kurang
|
Puas
|
Kurang
|
|
1
|
Gaji lebih
tinggi
|
|
●
|
|
●
|
|
●
|
Gaji kurang Tinggi
|
2
|
Gaji sesuai
dengan tanggung jawab
|
|
●
|
|
●
|
●
|
|
|
3
|
Gaji sesuai
dengan beban kerja
|
|
●
|
|
●
|
●
|
|
|
4
|
Tunjangan cukup
|
|
●
|
|
●
|
|
●
|
Insentif Kurang
|
|
B. Kepuasan Komitmen Waktu
|
|
||||||
5
|
Komitmen waktu dokter konsulen
|
|
|
|
●
|
|
●
|
|
6
|
Komitmen waktu dokter jaga
|
|
●
|
|
|
|
●
|
|
7
|
Komitmen waktu perawat
|
●
|
|
●
|
|
|
|
Sering pergi pada saat jaga
|
|
C. Kepuasan Terhadap Atasan & Rekan Kerja
|
|
||||||
8
|
Terhadap Dokter Konsulen
|
|
|
|
●
|
|
●
|
Kurang Komitmen
|
9
|
Terhadap Dokter Jaga
|
|
●
|
|
|
|
●
|
Kurang Komitmen
|
10
|
Terhadap Perawat
|
|
●
|
|
●
|
|
|
Tidak sesuai Protap
|
|
C. Kepuasan Terhadap Promosi & Pelatihan Kerja
|
|
||||||
11
|
Promosi Kerja
|
|
●
|
|
●
|
|
●
|
|
12
|
Pelatihan Kerja
|
|
●
|
|
●
|
|
●
|
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kesejahteraan pegawai
IGD RSU ABC harus banyak ditingkatkan karena variabel-variabel ini sangat
berpengaruh pada komitmen serta kinerja para pegawai. Dimulai dari gaji
pegawai, komitmen serta tingkat kepercayaan terhadap atasan atau sesama pegawai
sangat rendah.
Berikut ini konsep untuk meningkatkan SDM RSU ABC :

B. Analisis
Perspektif Pelanggan / Pasien
Tabel Kepuasan
Pelanggan

Dari
tabel 1, dapat dilihat bahwa kepuasan pasien terhadap layanan Instalasi Gawat
Darurat belum maksimal. Masih banyak pasien yang tidak puas terhadap layanan
Instalasi Gawat Darurat. Ketidakpuasan pasien terutama terhadap waktu tunggu
rujukan (50,7%), dan waktu tunggu rawat (27%). Hal ini terjadi di Instalasi
Gawat Darurat karena persiapan rujukan ke rumah sakit lain yang terlalu lama,
sopir ambulance yang sering tidak ada di tempat, prosedur rujukan yang
berbelit-belit, waktu observasi di Instalasi Gawat Darurat yang lama dan
kelambanan pemberian informasi tentang kamar kosong di rawat inap.
|
IK Maks = PP
x R x EXMaks
= 30 x 232 x 5
= 34800
IK Min = PPx R x EXMin
= 30 x 232 x 1
= 6960
Interval = (IK Maks – IK
Min) : 5
= (34800 – 6960) : 5
= 5568
|
Dari perhitungan index kepuasan diatas diperoleh
nilai index = 15094,85. Maka
tingkat kepuasan pelanggan masuk dalam interval ke II, yaitu “Tidak Puas”
dengan pelayanan yang telah diberikan oleh Instansi Gawat Darurat RSU ABC.
C. Analisis
Perspektif Keuangan
Tabel Kesenjangan
Keuangan Per-Bulan
No
|
Jenis
Anggaran
|
Subsidi
|
Realisasi
|
Kesenjangan
|
1
|
Kebutuhan
Insentif (per-bulan)
|
Rp 3.093.949
|
Rp 4.750.001
|
Rp (1.656.052)
|
2
|
Kebutuhan
Operasional (per-tahun)
|
Rp 78.350
|
Rp 525.000
|
Rp (346.650)
|
3
|
Kesejahteraan
(per-bulan)
|
Rp 90.000
|
Rp 3.240.000
|
Rp (3.150.000)
|
TOTAL
KESENJANGAN/BULAN
|
Rp 3.362.299
|
Rp 8.515.001
|
Rp (5.152.702)
|
Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan Instalasi Gawat Darurat
dapat dilihat pada Tabel diatas. Kinerja keuangan ini dilakukan dalam hubungannya dengan kemampuan
IGD memberikan dukungan terhadap pengembangan sumber daya manusia. Indikator
mengenai subsidi untuk bagian IGD tidak dilakukan karena keterbatasan informasi
keuangan.
Dari Tabel diatas, dapat diungkap bahwa: indikator
kinerja keuangan belum baik karena belum memenuhi harapan karyawan serta tidak
mencukupi untuk memberi pelatihan dan tambahan gizi. Hasil penelitian di RSU
ABC ini menyimpulkan belum adanya keseimbangan dalam mengelola IGD. Misi IGD di
sebuah rumah sakit adalah
memberikan pelayanan gawat darurat kepada semua orang yang memerlukan. Misi ini
membutuhkan fasilitas, ketrampilan, waktu dan komitmen yang tinggi. Akan tetapi
perspektif keuangan menunjukkan adanya kekurangan untuk mendukung pencapaian
misi mulia ini. Keadaan ini memang mencerminkan keadaan yang sering terjadi di
lembaga pemerintah yang terlalu berat beban misinya namun tidak mempunyai
dukungan keuangan dan sumberdaya manusia yang cukup.
D. Analisa Perspektif Bisnis Internal
Dari penelitian indikator bisnis
internal, dapat dianalisa bahwa penanganan yang dilakukan oleh RSU ABC masih
belum memenuhi standart yang telah ditetapkan dalam pengelolaan rumah sakit
yang selama ini telah ditetapkan oleh pemerintah indonesia maupun standart yang
dibuat oleh internasional , hal ini dapat diindikasikan karena tingkat
keterlambatan dalam penanganan pertama yang harusnya dilakukan oleh pegawai RSU
ABC terutama perawat dan dokter jaga, telah menimbulkan waktu tunggu di triase
menjadi terkesan lamban, hal ini berhubungan dengan alur penerimaan pasien yang
belum tertata dengan baik
Berikut ini
konsep model bisnis yang harus diterapkan oleh Instansi IGD Rumah Sakit Umum
ABC :

VISI dan MISI Instansi Gawat Darurat RSU ABC
Visi dan misi dari Instansi Gawat Darurat RSU ABC, yaitu :
Visi
Menjadi pelayanan gawat darurat yang dikenal dengan tulus
ikhlas, cepat dan profesional
Misi
Memberikan pelayanan
gawat darurat bagi masyarakat dengan penuh hormat dan ramah tanpa membedakan
agama, ras, golongan, status sosial dan ekonomi
Memberikan pelayanan gawat darurat dengan cepat, tepat
dan profesional
Menciptakan suasana kerja yang baik dan bersemangat
melayani di lingkungan UGD
![]() |
Strategy MAP untuk Instansi Gawat Darurat RSU ABC

Soal ABC
Diketahui :
Data yang dimiliki PT. Varia selama tahun 2009 sebagai
berikut:
Keterangan
|
Kertas Pembungkus
|
||
Putih
|
Biru
|
Total
|
|
Produksi per tahun
|
20.000
|
100.000
|
120.000
|
Biaya utama
|
Rp 100.000
|
Rp 500.000
|
Rp 600.000
|
Jam kerja langsung
|
20.000
|
100.000
|
120.000
|
Jam mesin
|
10.000
|
50.000
|
60.000
|
Produksi berjalan
|
20
|
30
|
50
|
Jam inspeksi
|
800
|
1.200
|
2.000
|
Keterangan
|
Data Departemen
|
||
Dep. 1
|
Dep. 2
|
Total
|
|
Jam kerja langsung:
|
|||
Pembungkus putih
|
4.000
|
16.000
|
20.000
|
Pembungkus biru
|
76.000
|
24.000
|
100.000
|
Total
|
80.000
|
40.000
|
120.000
|
Jam mesin:
|
|||
Pembungkus putih
|
4.000
|
6.000
|
10.000
|
Pembungkus biru
|
16.000
|
34.000
|
50.000
|
Total
|
20.000
|
40.000
|
60.000
|
Biaya overhead:
|
|||
Biaya penyetelan
|
Rp 88.000
|
Rp 88.000
|
Rp 176.000
|
Biaya inspeksi
|
Rp 74.000
|
Rp 74.000
|
Rp 148.000
|
Biaya listrik
|
Rp 28.000
|
Rp 140.000
|
Rp 168.000
|
Kesejahteraan
|
Rp 104.000
|
Rp 52.000
|
Rp 156.000
|
Jumlah
|
Rp
294.000,00
|
Rp
354.000,00
|
Rp
648.000,00
|
Diminta :
Berdasarkan data diatas tentukan harga pokok produk kertas
pembungkus tersebut menggunakan pendekatan activity
based costing (ABC)!
Jawaban :
Prosedur tahap pertama : Activity
based costing
Kelompok 1
·
Biaya Penyetelan
·
Biaya
Inspeksi
|
176.000
148.000
|
Biaya
total kelompok 1
|
324.000
|
Produksi berjalan ( production run)
|
50
|
Tariff kelompok 1 ( biaya per produksi berjalan
|
Rp
6.480
|
Kelompok 2
·
Biaya
Listrik
·
Kesejahteraan
karyawan
|
168.000
156.000
|
Biaya
total kelompok 2
|
324.000
|
Jam mesin
|
60.000
|
Tariff kelompok 2 ( biaya per jam mesin)
|
Rp
5,4
|
|
Biaya per unit : Activity based costing
Kertas Pembungkus Putih
|
|||
|
Total Biaya
|
Kuantitas
|
Biaya Per Unit
|
Biaya Utama
|
100.000
|
20.000
|
Rp. 5
|
Overhead
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 20 PB
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 10.000 JM
|
129.600
54.000
|
20.000
20.000
|
Rp. 6,48
Rp. 2,70
|
Jumlah overhead
|
183.600
|
20.000
|
Rp. 9,18
|
Jumlah biaya
|
283.600
|
20.000
|
Rp.
14,18
|
Kertas Pembungkus Biru
|
|||
|
Total biaya
|
Kuantitas
|
Biaya Per unit
|
Biaya utama
|
Rp 500.000
|
100.000
|
Rp 5
|
Overhead :
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 30 PB
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 50.000 JM
|
194.400
270.000
|
100.000
100.000
|
1,94
2,70
|
Jumlah overhead
|
464.400
|
100.000
|
Rp 4.64
|
Jumlah biaya
|
Rp 964.400
|
100.000
|
Rp 9.64
|
Jadi, dengan menggunakan
pendekatan activity based costing
(ABC), harga pokok produk untuk
kertas pembungkus putih dan kertas pembungkus biru yaitu :
Kertas pembungkus
putih = Rp. 14,18
Kertas pembungkus
biru = Rp. 9,64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar