Hukum alif lam ma'rifah
Alif lam ma'rifah adalah dua huruf yang
ditambah pada pangkal/awal dari kata yang bermakna nama atau isim .Terdapat
dua jenis alif lam ma'rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
Alif lam qamariah ialah lam yang
diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء), ba' (ب),
jim (ج), ha' (ح), kha' (خ), 'ain (ع), ghain (غ),
fa' (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و),
ha' (ﮬ) dan ya' (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa
arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan.
Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa
meleburkan bacaannya.
Alif lam syamsiah ialah lam yang
diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta' (ت), tha' (ث), dal (د),
dzal (ذ), ra' (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش),
sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل)
dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab
(ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif
lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.
Hukum idgham
Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ)
adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan
cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis
idgham:
1. Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ - yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama
sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum
adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ
2. Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ - yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan
makhrajnya hampir sama, seperti ba' bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha'
bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
3. Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ - yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama
makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta' dan tha, lam dan ra' serta
dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ
Hukum ra'
Hukum ra' adalah hukum bagaimana membunyikan
huruf ra' dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau
tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
Bacaan ra' harus
dikasarkan apabila:
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
·
Setiap ra' yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf
sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
·
Ra' berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau
kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
·
Ra' berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau
kasrah tetapi ra' tadi berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
Bacaan ra' yang
ditipiskan adalah apabila:
·
Setiap ra' yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
·
Setiap ra' yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
·
Ra' mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah
tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti'la'.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
Bacaan ra' yang harus
dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra' yang berbaris mati yang
huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
isti'la'.
·
Isti'la' (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha (خ), ghain (غ), shad (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Qalqalah
Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ)
adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba' (ب),
jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
·
Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah
itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan
karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
·
Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah
itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan
apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ
Waqaf (وقف )
Waqaf
dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir
perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
·
ﺗﺂﻡّ (taamm) - waqaf sempurna - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan
pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di
tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari
bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya
maupun yang sesudahnya;
·
ﻛﺎﻒ (kaaf) - waqaf memadai - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan
pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat
sesudahnya;
·
ﺣﺴﻦ (Hasan) - waqaf baik - yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa
memengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya;
·
ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) - waqaf buruk - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan
bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat,
wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz
dan maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf
Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi
setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda
tajwid iqlab, namun sangat
jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
1. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
2.
tanda jim ( ﺝ )
adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
3.
tanda zha ( ﻇ ) bermaksud
lebih baik tidak berhenti;
4.
tanda sad ( ﺹ )
disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun
diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara
hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih
diperbolehkan berhenti pada waqaf sad;
5.
tanda sad-lam-ya' ( ﺻﻠﮯ )
merupakan singkatan dari "Al-washl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskanbacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik
6.
tanda qaf ( ﻕ )
merupakan singkatan dari "Qiila alayhil waqf" yang bermakna
"telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari
itu lebih baik meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan;
7.
tanda sad-lam ( ﺼﻞ )
merupakan singkatan dari "Qad yuushalu" yang bermakna "kadang
kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
8.
tanda Qif ( ﻗﻴﻒ )
bermaksud berhenti! yakni
lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat
yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti;
9.
tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca
haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;
10. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun
harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;
11. tanda Laa ( ﻻ )
bermaksud "Jangan berhenti!".
Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia
muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika
berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak;
12. tanda kaf ( ﻙ )
merupakan singkatan dari "Kadzaalik" yang bermakna
"serupa". Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf
yang sebelumnya muncul
13. tanda bertitik tiga ( ... ...)
yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada
tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Idh-har Halqi
Jika nun
mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqy yaitu ح,خ,ع,غ,أ,ھ
maka cara
membacanya harus dengan jelas di kerongkongan, terang tidak diperbolehkan untuk
didengungkan.
Idgham
Hukum
bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Idgham
Ma'alghunnah
Jika nun
mati atau tanwin bertemu huruf : mim (م), nun (ن) wau (و),
dan ya' (ي), maka ia harus dibaca dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
2. Idgham
Bilaghunnah
Jika nun
mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra' (ر) dan lam (ل),
maka ia harus dibaca tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam.
3. Pengecualian
Jika nun
mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukann
dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau
tanwin tersebut dibaca jelas.
Contoh:==ni
terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba' (ب). Dalam
bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi Iqlab==
Hukum
imim. لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna
4.
Ikhfa' haqiqi
Jika nun
mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta (ت), tsa (ث),
jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س),
syin (ش), shad (ص), dhad (ض), tha (ط), zha (ظ),
fa (ﻑ), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ
Hukum mim mati
Hukum mim mati adalah salah satu tajwid yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika mim mati bertemu huruf-huruf
tertentu.
Hukum ini terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1.
Ikhfa'
Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka
cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم
بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2.
Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila mim sukun(مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara
membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib
dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Contoh: (أَم مَنْ) (كَمْ
مِن فِئَةٍ
3.
Idzhar
Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah
selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan
jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)
Hukum mim dan nun tasydid
Hukum
mim dan nun tasydid juga
disebut sebagai wajibal
ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ)
yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah
yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi
setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar